Revitalisasi Nilai Kepahlawanan: Biografi H.AS Hanandjoeddin sebagai Role Model Pendidikan Karakter bagi Anak Bangsa

Revitalisasi Nilai Kepahlawanan: Biografi H.AS Hanandjoeddin sebagai Role Model Pendidikan Karakter bagi Anak Bangsa

Rigo Firmanto

Guru di SMK Negeri 1 Mendobarat

 

Perantauan tempat ia ditempa, untuk kampung halaman yang akan ia bina. Kalimat yang sangat tepat untuk mewakili kisah hidup seorang Letkol (Pas) H.AS. Hanandjoeddin. Nama ini mungkin tidak sementereng tokoh-tokoh lain asal Belitung. Bahkan mungkin pudar dibandingkan pamor putih dan halusnya pasir pantai negeri laskar Pelangi yang berkilau bak sabuk Mutiara. Kebanyakan dari kita mungkin mengetahui nama ini adalah nama dari sebuah bandar udara saat menapaki langkah pertama di pulau Belitung.

Tapi Langkah yang pernah dipijakan kaki seorang Pak Long (sapaan akrab H.AS Hanandjoeddin) bukan Langkah biasa. Langkah yang hanya mampu dicapai oleh mereka yang punya tekad yang kuat, konsisten dan disiplin sejak kecil. Bak cenayang yang mampu memprediksi bahwa masa depan cerah hanya akan menyinari mereka yang mau keluar dari zona nyaman dan berusaha tanpa luput dari doa. HAS Hanandjoeddin adalah tokoh besar dari bumi Serumpun Sebalai.

Seorang pemuda dari daerah kepulauan yang patut menjadi panutan. Sosok yang terus kita perjuangkan sebagai pahlawan nasional atas jasa dan pengaruhnya yang luar biasa. Tak hanya bagi Belitong, namun juga Indonesia.

Lalu bagaimana bisa kita luput atau mungkin lupa akan peran penting seorang HAS Hanandjoeddin sebagai tokoh yang patut menjadi acuan pendidikan karakter bagi anak bangsa? Disinilah sejarah memainkan perannya dalam upaya menata peradaban. Bagaimana sejarah menjadi cerminan yang memberikan gambaran langkah kedepan, menjadi sinar yang menuntun pada jalan yang patut serta menjadi guru yang petuahnya menjadi petunjuk bagi kita untuk menata hari esok.

Tulisan ini berupaya mengangkat kisah perjuangan HAS Hanandjoeddin yang sangat inspiratif. Tulisan yang berupaya menyakinkan pembacanya bahwa keberhasilan tidak hanya didapat melalui sebuah keberuntungan. Keberhasilan merupakan buah dari kerja keras, keberanian, sifat mau belajar dan jiwa pantang menyerah.

 

Siapa HAS Hanandjoeddin?

HAS. Hanandjoeddin lahir pada 5 Agustus 1910 di Tanjung Tikar, Sungai Samak, Badau, Belitung, dari keluarga sederhana pasangan Djoeddin dan Selamah. Sejak kecil, ia diasuh oleh ayah angkatnya, H. Hasyim, seorang kenalan keluarga yang tinggal di Aik Sagak, Tanjungpandan. Sejak muda, Hanandjoeddin dikenal cerdas, khususnya dalam bidang teknik mesin. Ia menempuh pendidikan di Ambacht School (AC) di Manggar, 77 km dari rumahnya. Hidup jauh dari keluarga menempanya menjadi pribadi mandiri dan bertanggung jawab. Selain mendalami teknik, ia juga memperdalam ilmu agama dengan melanjutkan studi di Madrasah Al Islamiyah Tanjungpandan, sembari bekerja sebagai teknisi.

 

Kariernya menanjak saat ditugaskan ke Pulau Bintan sebagai tenaga ahli teknik pada 1935. Pengalaman dan pendidikan mengantarkannya masuk dunia militer di usia 29 tahun sebagai anggota Ozawa Buntai, satuan udara militer Jepang. Puncak karir militer Hanandjoeddin adalah Ketika ia turut membidani terbentuknya kekuatan Angkatan Udara Republik Indonesia, menjabat sebagai Kepala Bagian Teknik Tentara Keamanan Rakyat Oedara (TKRO) di Lanud Bugis, pusat perawatan pesawat militer dan kemanusiaan. Saat Agresi Militer Belanda I dan II, ia turun langsung ke medan gerilya, dan atas jasanya, Presiden Soekarno menganugerahinya gelar Akademi Senter (AS).

Kepemimpinannya tercermin dalam kisah spiritual di hutan Jawa Timur, saat ia disebut berhasil “mengalahkan” ribuan pasukan halus dengan istighfar dan pendekatan tradisi Jawa. Jiwa Melayunya tercermin dalam falsafah: “Perigi orang ditimba, ranting orang dipatah, adat orang diturut” mampu berbaur tanpa kehilangan jati diri.

Usai pensiun dari militer, Hanandjoeddin menjabat sebagai Bupati Belitung melalui jalur aklamasi. Ia dikenal dengan gaya “blusukan”, dekat dengan masyarakat, bahkan sering menjadi khotib Jumat. Kedekatannya dengan rakyat. Ini membuatnya mendapat julukan “Pak Long”,yang merupakan gelar kehormatan dalam budaya Melayu bagi anak sulung yang bijak dan dihormati, yang tutur katanya tegas dan pendapatnya dianggap penting bagi keluarga.

 

HAS Hanandjoeddin dan Pendidikan Karakter bagi Anak Bangsa

Berkaca dari kisah hidup HAS Hanandjoeddin, banyak pelajaran yang dapat kita ambil. Bagaimana menanamkan rasa pecaya kepada setiap anak bahwa semua orang yang lahir di dunia pasti memiliki potensi positifnya masing-masing. Penanaman nilai-nilai Pendidikan karakter dapat kita mulai dari mengenalkan tokoh HAS Hanandjoeddin.

Nilai-nilai seperti disiplin, mandiri, kerja keras,  relijius, empati, kerja sama, rasa hormat dan tanggung jawab menjadi nilai Pendidikan karakter yang dapat kita jumpai pada diri seorang HAS Hanandjoeddin. Nilai disiplin, mandiri dan kerja keras  menjadi nilai yang paling mudah kita lihat, bagaimana seorang anak dari keluarga sederhana rela berpisah berpuluh kilometer untuk menuntut ilmu. Keberhasilan penerapan nilai disiplin pada diri seorang Hanandjoeddin dapat kita lihat dari kemampuannya menangkap materi yang disampaikan disekolah dan ia terapkan dalam kehidupan. Kehandalan Hanandjoeddin dibidang teknik mesin menjadi bukti kongkrin buah kedisiplinan yang ia terapkan. Nilai disiplin juga dapat kita lihat dari keberhasilannya masuk militer yang terkenal akan disiplinnya.

Sebagai pribadi yang relijius, biografi Hanandjoeddin mengajarkan kita pada ketekunannya menuntut ilmu agama, bahkan disela-sela pekerjaan. Nilai ini pula dapat kita lihat pada masa kepemimpinannya sebagai bupati, dimana Hanandjoeddin kerap menjadi khotib sholat jumat. Selain itu kisah penakhlukan pasukan halus di Watulimo juga dapat menjadi pembelajaran akan pentingnya memiliki dasar ilmu agama yang bagus seperti Hanandjoeddin.

Jiwa empati dan tanggung jawab yang dimiliki oleh Hanandjoeddin dapat kita lihat dari kebiasaannya melakukan “blusukan” saat menjabat sebagai bupati. Seorang pemimpin yang baik akan selalu mengkhawatirkan rakyatnya, khawatir terhadap apa yang diamanahkan padanya. Pemimpin seperti ini akan merasakan bahwa jabatan itu beban,dan menjadi pemimpin sama artinya dengan menderita, sehingga akan dengan sepenuh hati menjalankan Amanah yang di emban.

 

Kesimpulan

Berdasarkan uraian revitalisasi nilai kepahlawanan seorang H.AS. Hanandjoeddin dapat kita ambil sebuah kesimpulan penting. H. AS hanandjoeddin memiliki karakter positif yang sangat kuat. Karakter ini dapat kita jadikan sebagai panduan untuk menanamkan nilai Pendidikan karakter positif kepada anak, seperti disiplin, mandiri, kerja keras,  relijius, empati dan tanggung jawab.

Teknologi pembelajaran sekarang sudah sangat cukup untuk mencerdaskan anak bangsa, namu npenanaman nilai Pendidikan karakter masih menjadi peer yang penting. Bangsa yang besar bukan hanya karena otak cemerlang warganya, tetapi karena hati-hati yang terdidik untuk jujur, tangguh, dan peduli. Di sanalah pendidikan karakter menemukan urgensinya.

 

Referensi

Budisantoso, s. dkk. 2008. Nilai Budi Pekerti Dalam Pantun Melayu. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan

Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo

Swastiwi, Anastasia Wiwik, dkk. 2018. Inventarisasi Tokoh Sejarah dan Budaya Wilayah Kerja Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau. Tanjungpinang: BPNB Kepulauan Riau.

Wirayudha, Randi. 2022. Hanandjoeddin Perintis di Tengah Keterbatasan. Historia.id. https://www.historia.id/article/hanandjoeddin-perintis-di-tengah-keterbatasan-drr3l. Diakses tanggal 15 Juli 2025.

 

Penulis: 
Rigo Firmanto Guru di SMK Negeri 1 Mendobarat