PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI BENIH PADI DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Oleh Elmiah, S. P (ASN Guru produktif SMK N 1 Mendobarat)
Mahasiswa MIP UBB
Padi merupakan bahan makanan pokok penduduk Indonesia. Dengan kebutuhan Padi yang terus meningkat, tentunya Pemerintah berupaya untuk melakukan peningkatan produksi padi seiring dengan permintaan padi di masyarakat. Menurut data Statistik (2021) kepulauan Bangka belitung menyatakan bahwa luas panen padi tahun 2019 dengan angka 17.841 ha mengalami penurunan di tahun 2021 menjadi 17.235 ha. Untuk Capaian produksi padi menurut data tersebut juga mengalami penurunan dari angka 57324 ton/ha menjadi 45726 ton/ha. Oleh karena itu Berdasarkan data juga maka,kebutuhan akan padi di Kepulauan bangka belitung masih belum mencukupi,hal ini terbukti dengan adanya pasokan padi dari luar daerah Kepulauan Bangka Belitung (Kartiasih and Setiawan 2019)
Salah satu penyebab permasalahan diatas adalah penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan penggunaan benih bersertifikat di tingkat petani masih relatif rendah. Masyarakat belum menyadari tentang manfaat penggunaan benih bersertifikat . Lebih dari 60 % benih padi yang digunakan oleh masyarakat bangka belitung berasal dari gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya dan di lakukan secara berulang – ulang. Keadaan ini dapat membuktikan bahwa petani masih menggunakan benih hasil turunan sebelumnya dan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan benih berkualitas di karenakan mahalnya harga benih bersertifikat(Irmadamayanti et al. 2019).
Usaha tanaman padi yang menghasilkan benih di kepulauan bangka belitung rata – rata di kabupaten di laksanakan pada lahan tadah hujan di lahan ceyak sawah. Di kepulauan bangka belitung, Kabupaten Bangka Selatan merupakan Kabupaten yang memiliki lahan cetak sawah terbesar dibandingkan kabupaten lain. Menurut data BPS Babel (2018), luas sawah di Bangka Selatan mencapai 13 ribu hektar. Cetak sawah tersebut tersebar diberbagai kecamatan, salah satunya ada di Kecamatan Payung, Bangka Selatan.
Lahan cetak sawah yang berada di hampir seluruh kabupaten di kepulauan Bangka belitung yang baru di buka mempunyai berbagai kendala mulai dari kendala fisik,kimia dan biolgi serta berbagai kendala sosial,kendala kelembagaan ,infrastruktur dan tingkat keuntungan tanah yang rendah(Muzammil, Ahmadi, and Puspito 2019). Hal ini juga di dasari oleh penggunaan lahan sub optimal sebagai lahan sawah tadah hujan bagi tanaman padi di kepulauan bangka belitung. Menurut Nurhati et.al (2008) menyatakan bahwa lahan sub optimal memiliki tingkat kesuburan yang rendah, produktivitas lahan rendah,sehingga jika menginginkan produktivitas benih padi yang tinggi perlu di lakukan input cukup tinggi. Hal yang perlu di lakukan adalah dengan menerapkan pemberian bahan organik dan anorganik, pemberian pembenah tanah, serta pengelolaan air baik secara intermitten maupun melalui genangan(Rusmawan and Muzammil 2020).
Inovasi Teknologi merupakan sesuatu yang baru atau perbaikan penting baik berupa produk,proses maupun servis. Sedangkan Inovasi teknologi dalam meningkatkan hasil produksi benih padi adalah upaya perbaikan yang menggunakan suatu produk atau proses untuk mendapatkan hasil dari produk yang menguntungkan baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Berikut ini beberapa inovasi teknologi yang sudah di terapkan dan bisa di terapkan untuk peningkatan produksi benih padi di kepulauan bangka belitung :
- Pemilihan dan Penggunaan varietas benih padi Unggul dalam memproduksi benih padi.
Menurut haryati at al., (2020) salah satu komponen teknologi yang berkontribusi terbesar terhadap peningkatan produksi benih padi dan pendapatan petani padi adalah dengan menggunakan teknologi varietas benih unnggul baru ( VBU) seperti Inpari1,Inpari 10,Inpari 13, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 21, Inpari 22, Inpari 30, Inpari 32, Inpari 33, Inpari 38, Inpari 39, Inpari 40, Inpari 41, Inpari 42,dan Inpari 43 yang telah di rekomendasikan dan bisa di gunakan pada lahan tadah hujan(Zarwazi et al. 2017). Keunggulan lain dari padi varietas Inpari adalah merupakan benih yang adaptif dengan serangan penyakit terutama serangan cendawan Pyriculareia grisea yaitu Penyakit Blas. Di Lahan tadah hujan di kepulauan bangka belitung,Selain benih padi unggul baru tersebut juga telah memiliki banyak padi unggul lokal yang tersebar di berbagai daerah di kepulauan bangka belitung. Saat ini tercatat lebih dari sepuluh padi unggul lokal kepulauan bangka belitung yang telah terdaftar di pusat perlindungan varietas dan perizinan pertanian kementerian pertanian,Yaitu Padi varietas balok, mayang pasir,Danel,mayang pandan,pulut merah,raden,sluman dan utan antu. Dalam pelepasan ke sepuluh padi ini syarat utamanya yaitu harus lolos dalam uji multilokasi dimana padi lokal tersebut harus di tanam di beberapa lokasi dan di dua musim tanam. Menurut Syukur (2012), uji multilokasi juga harus mengikuti prosedur pelepasan varietas tanaman selain jumlah lokasi pengujian dan jumlah musim, juga jumlah ulangan,jumlah genotipe dan jumlah varietas pembanding harus di sertakan. sehingga pemurnian varietas padi lokal juga menjadi persyaratan dalam pelepasan padi unggul yaitu dengan cara menanam benih padi lokal tersebut sekaligus menguji dengan menggunakan 2 macam tipologi lahan yaitu penanaman di lahan kering dan penaman di lahan gogo rancah (lahan sawah tadah hujan).
Berikut ini contoh Varietas benih padi Inpari dan Varietas Benih lokal Pulut merah
Gb. 1 Benih padi jenis Inpari Gb.2 Benih padi Pulut merah
Salah satu keunggulan Varietas benih padi lokal di kepulauan bangka belitung adalah tahan terhadap kekeringan. Hal ini sudah di huktikan oleh Mustikarini (2016) dalam Jurnalnya menyatakan bahwa pada tanah Utisol yang berlokasi di Bangka barat, dimana kondisi tanah yang kering benih padi lokal yang di tanam di lokasi menunjukkan hasil yang lebih baik yaitu di tunjukkan dengan biji yang yang bernas hingga mencapai 27,69/gram pertanaman.
Menurut data sebaran bantuan benih padi oleh pemerintah Kabupaten Bangka (2020), Kecamatan Puding besar tepatnya Desa Labu dan puding besar mendapatkan bantuan dengan total 2000 kg Benih padi Varietas Inpago 10 untuk di tanam pada lahan kering dengan kebutuhan benih 25kg/ha,Sedangkan Kecamatan Mendobarat Desa paya benua mendapatkan bantuan sebaran benih terbesar sebanyak 5400 Kg benih dan Desa kemuja mendapatkan 5000 Kg benih. Sedangkan di kecamatan Riau Silip Desa pangkal Niur mendapatkan Bantuan sebaran benih terbesar sebanyak 4000 Kg. Ha ini menunjukkan bahwa Pemerintah sudah ikut berupaya dalam mengatasi kesulitan para Petani penghasil benih padi untuk mendapatkan benih unggu bersertifikat dan berkualitas dan juga mengatasi benih dengan harga yang mahal di pasaran. Keunggulan dari benih impago yang di pergunakan masyarakat petani di berbagai daerah di Kabupaten Bangka yaitu tahan penyakit blas,anti rebah dan toleran pada cekaman kekeringan dan Al(Mustikarini, Prayoga, and Aprilian 2020)
2. Penggunaan sistem produksi benih padi
Menurut Satoto et al,2009 Inovasi kedua yang perlu di lakukan dalam Upaya peningkatan produktivitas benih padi adalahdengan cara implementasi teknologi usahatani padi sawah, salah satunya sistem tanam jajar legowo . Sistem tanam jajar legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga meningkatkan populasi tanaman dan seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir (border effect) (Kristamtini et al., 2011). DikecamatanDendang kabupaten Belitung di upayakan sistem tanam padi menggunakan teknik jajar legowo. Menurut (Martina et al, 2020) hal ini di lakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas benih padi yaitu menggunakan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa sehingga padi mendapatkan intensitas matahari dan angin yang seimbang. Melaui sistem pertanian jajar legowo di harapkan budidaya padi untuk menghasilkan benih padi berkualitas dapat dihasilkan dengan baik dan juga merupakan solusi yang tepat terhadap efisiensi penggunaan benih(Imami and Syakhira 2022)
3. Penggunaan teknologi dalam upaya pencapaian target produksi benih padi di kepulauan bangka belitung.
Dengan adanya teknologi, pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian pertanian mulai menemukan cara lain yang dapat meningkatkan produktivitas benih padi di Indonesia khususnya di daerah kepulauan bangka belitung . Saat ini, setidaknya ada bebrapa teknologi dalam pemeliharaan tanaman padi yang akan menghasilkan benih padi yang berkualiatas diantaranya yaitu teknologi peningkatan produksi padi yang telah diperkenalkan oleh Kementerian Pertanian yang mungkin bisa menjadi upaya petani dalam meningkatkan produksi benih padi dengan menggunakan teknologi. Ada baiknya pemerintah kepulauan bangka belitung beserta stakeholdersnya bisa melakukan sosialisasi dan memberikan arahan bahkan pelatihan kepada masyarakat petani dalam menerapkan teknologi tersebut untuk meningkatkan produksi hasil benih padi. Berikut ini contoh penerapan teknologi penanaman benih padi yang sudah di kembangkan oleh Balitbangtan melalui Balai penelitian tanah yaitu penggunaan teknologi baru berupa pupuk hayati yang di gunakan untuk perwatan tanaman padi. Pupuk hayati diliph sebagaimupaya mengganti Penggunaan pupuk kimia secara terus – menerus yang akan menghasilkan penurunan produktivitas padi tanpa adanya pengembalian bahan organik ke dalam tanah. Menurut (Suwastika et al,2012) Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung jasad hidup maupun hasil kegiatannya yang apabila diberikan ke dalam tanah atau tanaman mampu meningkatkan kesuburan tanah dan hasil tanaman sedangkan menurut (Anesta et al.,2016), bahwa rizobakteri mampu memacu pertumbuhan tanaman, mampu menghasilkan atau mengubah konsentrasi hormon tanaman seperti asam indolasetat (IAA), asam giberelat, sitokinin dan etilen di dalam tanaman, mampu memfiksasi N2, memberi efek antagonis terhadap patogen tanaman dan diharapkan mampu menghasilkan benih yang bermutu. Pupuk hayati yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, produktivitas, dan ketahanan tanaman padi terhadap hama dan penyakit. Pupuk hayati ini dihasilkan dari konsorsium mikroba selektif yang dapat menambat N, melarutkan fosfat, dan menghasilkan hormon.Salah satu keuntungan penggunaan pupuk hayati juga adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena penggunaan mikroba tropik yang mampu meningkatkan produktivitas padi serta menekan penggunaan pupuk kimia dan insektisida hingga 50% (Balitbangtan, 2018).
Menurut (Balitbangtan, 2018) penggunaan AWD (Alternate Wetting and Drying) merupakn nsolusi dalam mengatasi kekeringan pada lawhan sawah terutama lahan sawah tadah hujan yang ada di kepulauan bangka belitung. Salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh petani padi saat ini adalah pola perubahan iklim yang cukup sulit perkirakan.Perubahan iklim tentu berpengaruh pada pasokan air yang merupakan salah satu kebutuhan utama tanaman padi. Kelangkaan air menjadi masalah yang sangat serius karena hal ini dapat menurunkan produksi pertanian secara drastis, bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu, para ahli dan peneliti telah menemukan sebuah teknologi yang bertujuan untuk menghemat air dalam irigasi, yaitu AWD (Alternate Wetting and Drying). Teknologi peningkatan produksi padi ini dikembangkan oleh International Rice Research Institute pada tahun 2009 di Filipina. Sejak saat itu, teknologi AWD telah diterapkan di beberapa negara Asia yang lain, seperti Jepang, Vietnam, Bangladesh, dan Thailand. Di Indonesia, AWD juga sudah diterapkan sebagai saran dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Penerapan teknologi ini dilakukan dengan adanya kerja sama pemerintah dengan National Agriculture and Food Research Organization pada tahun 2013-2016 selama 6 musim tanam. Metode ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa tabung yang terbuat dari pipa untuk mengukur ketinggian atau kedalaman air tanah. Berikut cara pembuatan AWD :
- Sediakan pipa dengan diameter 7-10 cm
- Kemudian Potong pipa masing-masing sepanjang 30 cm
- Lalu Lubangi pipa sepanjang 20 cm dengan jarak antar lubang masing-masing 2 cm
- Terakhir Tancapkan pipa di beberapa lokasi di sawah (10 cm bagian pipa—yang tidak berlubang—ditempatkan di atas permukaan tanah, sementara 20 cm pipa yang berlubang akan terkubur di tanah.
Cara kerja Tabung AWD yaitu Pada tahap awal penanaman, pengairan sawah sudah mulai di lakukan, kedalaman air akan menurun secara bertahap disebabkan oleh evaporasi, rembesan, dan perkolasi.
Tabung (alat AWD) yang telah dipasang akan melakukan pemantauan terhadap kedalaman air di bawah permukaan tanah hingga 15-20 cm. Ketika permukaan air turun 15 cm di bawah permukaan tanah, maka pengairan harus di upayakan kembali sehingga air akan mencapai ketinggian 5 cm diatas permukaan tanah. Ketinggian air ini harus harus sama sampai tahap perftengahan musism. Selama pertengahan hingga akhir musim, ketinggian air akan menurun sampai 15 cm ke bawah permukaan tanah sebelum di lakukan pemberian air kembali. Alat atau tabung AWD selain berfungsi untuk menghemat air, juga dapat meniingkatkan produksi benih padi dan mampu menjaga lingkungan karena dapat menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 35 – 38 %.
Berikut Gambar.3 Teknik pemaasangan AWD
Gb.3 pemasangan AWD di sawah petani
Selain itu terobosan terbaru inovasi teknologi yaitu kementerian Pertanian melaksanakan demonstration farming sebagai upaya peningkatan produktifitas benih padi melalui beberapa teknik seperti teknologi budidaya spesifik Agro- ekosistem dan tebar benih langsung ( (Balitbangtan,2018).
Penggunaan Drone penebar benih juga sebagai solusi dalam upaya peningkatan produktivitas benih padi. Hal ini sudah di berlakukan oleh kementerian pertanian melaui (Balitbangtan,2022) yaitu tentang penggunaan dron penebar benih yang merupakan salah satu teknologi 4.0 yang tengah di kembangkan Balitbangtan dengan sistem informasi dan telekomunikasi yang diyakini tentunya akan meningkatkan efisiensi biaya produksi benih padi.
Drone penebar benih padi ini merupakan modifikasi dari drone penyemprot pestisida yang dilakukan dengan cara mengganti penampung benih padi (hopper) dan memasang pengatur pengeluaran benih padi (seed metering devices). Drone ini mempunyai kapasitas muat sekitar 1,5 – 2 meter dari permukaan tanah,dengan lebar jerja 4 meter dan kapasitas kerja 0,8 – 1 ha/jam. Jumlah benih rata-rata 144 butir/m2, sementara dari perhitungan, kecepatan padi yang ditebar dari drone adalah 6,3 m/det (21,6 km/jam). Mengoperasikan drone penebar benih padi ini terbilang sederhana. Operator hanya memasukkan data program ke remote control. Tangki benih padi atau hopper diisi terlebih dahulu. Dari kapasitas 15 kg tangki harus diisi 80 % bagian saja atau 12 kg dengan bukaan sebesar 70%. Perrtimbangan kondisi cuaca tidak boleh luput sebelum mengaplikasikan drone penebar benih. Drone belum dapat dioperasikan dalam kondisi hujan dan berangin kencang.
Berikut ini di tampilkan gambar drone penebar benih
Gb. 4 Drone penebar benih
Selain pengembangan teknologi untuk menghasilkan produksi benih padi yang meningkat Pertanian 4.0 merupakan otomatisasi dan konektivitas ekstrem, semakin terbukti bahwa disrupsi tidak hanya berasal dari teknologi, tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan lain seperti globalisasi, pergeseran demografi, tren makroekonomi, dan seterusnya. Oleh karena itu, tidak cukup untuk memahami Pertanian 4.0 hanya dari sudut pandang teknologi. Perilaku dan komunikasi manusia dalam masyarakat tertentu merupakan sistem yang sangat kompleks, dengan berbagai jenis keadaan dan kondisi lingkungan, sehingga menggunakan sudut pandang parsial tidak cocok untuk mengukur dan memahami fenomena secara keseluruhan. Untuk menekankan kerumitannya, kita harus mewaspadai fakta bahwa pertanian tidak berdiri sendiri, dan perkembangan teknologi juga tidak berlangsung secara mandiri; selalu berinteraksi dengan perkembangan ekonomi, masyarakat dan politik.